Tag Archive for: standar mercy of god

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Universitas Mercu Buana Jakarta (UMBJ) dalam rangka studi banding tentang penjaminan mutu, pada Kamis (25/7) di Ruang Sidang VIP, Gedung GBPH Prabuningrat Kampus UII Terpadu. Mengawali pertemuan, Kepala Pusat Penjaminan Mutu UMBJ, Dr. Ir. Elyani mengungkapkan tujuannya bersama tim datang ke UII.

“Tujuan kami kesini ingin belajar banyak dari UII yang sudah lebih dahulu berkembang. Kami memilih Universitas swasta karena memiliki sistem yang berbeda dengan universitas negeri. UII juga punya banyak akreditasi internasional dan kita sedang menuju ke proses itu,” ungkap Elyani.

Pada kunjungannya ke UII kali ini, 5 orang delegasi UMBJ terdiri dari Kepala dan Wakil Kepala Pusat Penjaminan Mutu, Kepala Sub Bagian Audit Internal dan dua Staf Pusat Penjaminan Mutu.

Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. menuturkan bahwa sejak empat tahun lalu terdapat dua Prodi yang terakreditasi Canberra Accord di Indonesia, yaitu ITB dan UII. Canberra Accord merupakan persetujuan pendidikan arsitektur dunia yang bersepakat menghimpun beberapa lembaga akreditasi dunia termasuk KAAB.

“KAAB adalah anggota penandatangan Canbera Accord yang juga merupakan organisasi yang diakui oleh Dewan Validasi Pendidikan Arsitektur UNESCO-UIA (International Union of Architects). Memang tidak mudah, karena kami harus mengubah kuriukulum 4 tahun menjadi 5 tahun,” jelasnya.

Sementara Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, S.Si., M.Si. menjelaskan bahwa UII memiliki standar mutu sendiri yakni MERCY OF GOD (Manegerial, Education, Research, Community, Standar Dakwah Islamiyah, Output, Feedback, Governance, Outcome, Stakeholder).

Standar utama tersebut memilki beberapa ruang lingkup, dan setiap ruang lingkup akan diuraikan menjadi suatu rangkaian proses kegiatan yang dilengkapi dengan kriteria minimal yang harus dicapai oleh penanggungjawab serta unit pelaksana proses kegiatan. “Ada dua nilai yang menjadi dasar bagi Badan Penjaminan Mutu di UII, yakni nilai pengabdian (Ibadah) dan nilai keunggulan (ekselensi),” ujarnya.

Kunjungan studi banding dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, membahas bagaimana sistem penjaminan mutu di UII berlangsung, serta bagaimana cara UII mendapatkan berbagai akreditasi Internasional pada Prodi tertentu. (DR/RS) Sumber: uii.ac.id

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Jumat (3/5), di Ruang Sidang VIP, Gedung Rektorat. Fokus kunjungan tersebut mendiskusikan pengelolaan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) serta pelaksanaan Audit Mutu Internal (AMI) UII.

Rombongan UMM yang dipimpin Dr. Muslimin Machmud, M.Si. disambut langsung oleh Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc. Dalam sambutannya, selain menyambut hangat kedatangan universitas sahabat di kampus terpadu, Imam Djati juga sedikit bercerita tentang awal mula sistem penjaminan mutu yang diterapkan oleh UII.

“Kami memulai sistem penjaminan mutu pada tahun 1999. Saat itu kami menggunakan ISO sebagai acuannya. Baru beberapa tahun terakhir ini kami mengembangkan standar sendiri yang menggabungkan apa yang diminta oleh Kemenristekdikti dengan beberapa sistem mutu yang Islami,” tuturnya.

Sementara itu, Muslimin menyampaikan bahwa pihaknya sangat bersyukur dan senang bisa silaturahmi sekaligus bisa belajar bersama mengenai sistem penjaminan mutu yang ada di UII. “Terima kasih sudah menerima kami untuk silaturahmi serta belajar pengembangan sistem penjaminan mutu. UII adalah salah satu universitas yang sistem penjaminan mutunya diapresiasi oleh Kemenristekdikti,” tutur Muslimin dalam sambutannya.

Menyambung apa yang telah disampaikan pimpinan delegasi, Ka. Bid. Mutu Akreditasi, Sertifikasi dan Pemeringkatan UMM, Dr. Ainur Rofieq, M.Kes., menyampaikan bahwa UII adalah sparing partner yang luar biasa. Oleh karena itu, ia ingin diskusi ini fokus pada yang pertama, bagaimana membedah manual mutu, standar mutu, manual prosedur, dan instrumen AMI, yang kedua adalah terkait organisasi yang menjalankan manual prosedur di setiap tingkatan lembaga, kemudian yang terakhir terkait dengan kinerja dosen.

Sementara dalam pemaparan materinya, Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, S.Si., M.Si., menuturkan bahwa UII memiliki acuan penjaminan mutunya sendiri. Sejak tahun 2016 UII memiliki ‘MERCY OF GOD’ sebagai dasar penjaminan mutu. Akronim ‘MERCY OF GOD” terdiri dari Management of Organization, Education, Research, Community Services, Yield of Services, Output, Facilities, Governance, Outcome & Cooperation, dan Da’wah Islamiyah.

“Akronim ‘MERCY OF GOD’ mempunyai 10 standar dengan 99 cakupan kerja. Ini adalah cara kami melampaui standar nasional yang memiliki 24 cakupan kerja, sedangkan kami memiliki 99 cakupan kerja,” jelasnya.

Terakhir, menanggapi apa yang telah disampaikan Kariyam, Ka. Bid. Mutu Sarana dan Prasarana UMM, Ir. Sulianto, M.T., berpendapat bahwa akronim dan standar yang dibuat UII sangat menarik. Akronim yang sangat mudah diingat sehingga sosialisasi bisa menyentuh hingga lapisan terbawah. “UMM sepertinya akan memulai mencari ‘wangsit’ agar dapat membuat akronim standar mutu seperti UII,” pungkasnya diikuti riuh tawa seluruh undangan. (APB/ESP)

Keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi lebih baik mendorong Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor mengadakan kunjungan studi banding ke UII pada Rabu (20/3). Kunjungan yang berlangsung di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito UII itu diikuti 20 delegasi yang terdiri dari 11 orang dari Tim Badan Penjaminan Mutu (BPM), 8 orang dari Tim AIPT dan 1 orang staf. Sementara perwakilan dari UII yang turut menerima kunjungan di antaranya Kepala BPM UII Kariyam S.Si., M.Si.

Dalam kesempatannya, Kariyam menjelaskan proses pengembangan dan peningkatan standar mutu pendidikan tinggi yang khas dan sesuai bagi UII. “Kami memiliki sepuluh standart yang bisa disebut dengan MERCY OF GOD, yakni M sebagai managerial, E sebagai education, R untuk research, C untuk Community, Y untuk yield of service, O untuk Output, F yaitu feedback, G untuk Governance, O sebagai Outcome dan D sebagai Dakwah Islamiyah”, jelasnya. Untuk standar mutu UII ini sendiri memiliki ruang lingkup yang akan dilengkapi dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh penanggungjawab dan pelaksana proses kegiatan.

Sementara itu dalam sambutannya, Perwakilan delegasi UNIDA, Imam Haryadi, M.Si menuturkan tujuannya beserta tim datang ke UII. “Karena UNIDA baru saja naik kelas ke tingkat universitas pada tahun 2014 lalu maka levelnya juga pasti akan berbeda. Kami perlu belajar dengan universitas yang sudah mapan. Dan UII ini salah satu yang kami anggap sudah sangat mapan.” Ujarnya.

UNIDA sendiri telah menjadi universitas sejak tahun 2014 lalu. Awalnya, pada tahun 1963 institusinya masih berstatus Perguruan Tinggi Darussalam kemudian berubah menjadi Institut Pendidikan Darussalam dan menjadi Institut Studi Islam Darussalam.

Ia menambahkan bahwa UNIDA memiliki program studi yang semuanya sudah terakreditasi. Terdapat 6 prodi yang telah terakreditasi A, 8 prodi terakreditasi B, serta 5 prodi terakreditasi C. “UNIDA merupakan universitas yang unik karena menerapkan sistem asrama (boarding system) yang didesain untuk pembelajaran yang efektif dan efisien”, katanya.

Sistem asrama di UNIDA menggunakan Bahasa Arab dan Inggris sebagai pengantar pengajaran dan komunikasi di antara dosen dan mahasiswa. Di dalamnya juga terdapat aktivitas keilmuan, kerohanian, dan kewirausahaan untuk menciptakan tradisi keilmuan.

Pondok pesantren Darussalam Gontor dan UII ternyata memiliki pertalian sejarah yang tidak bisa dilepaskan. Hal ini karena pendiri dari Pondok pesantren Darussalam Gontor dan pendiri UII adalah kawan akrab dimana sama-sama memiliki visi dan cita cita yaitu membangun universitas Islam yang bermutu dan berarti.

Imam juga mengungkapkan harapannya, “Kami berharap hubungan ini bisa berlanjut semakin harmonis, dan kami bisa belajar lebih banyak lagi bersama UII”, pungkasnya. (DRD/ESP)

Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Badan Penjaminan Mutu (BPM) kembali melaksanakan kegiatan Audit Mutu Internal untuk tahun 2018 di tingkat universitas dan fakultas. Pelaksanaan audit ini dijadwalkan berlangsung dari 26 Oktober dan berakhir pada 6 November 2018.

Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. menuturkan Audit Mutu Internal dapat dimaknai sebagai ritual untuk menjaga eksistensi. “Ritual ini akan menjadi tidak bermakna ketika hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban,” pesannya saat membuka pelaksanaan Audit Mutu Internal pada Jumat (26/10), di Gedung Prof Dr. Sardjito UII.

Disampaikan Fathul Wahid, pelaksanaan kegiatan ini hendaknya dapat dimanfaatkan dengan baik. Mengutip sebuah Hadits, Fathul Wahid menyinggung pentingnya meluangkan waktu untuk mengaudit diri. “Audit merupakan sesuatu yang kontekstual. Orang yang berakal harusnya sensitif dengan jamannya (kontektualisasi),” paparnya.

Sementara disampaikan Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, S.Si., M.Si., saat ini siklus yang dilaksanakan telah memasuki pada tahapan evaluasi. “Kegiatan ini untuk memastikan bahwa seluruh proses yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur. Seluruh output yang dicapai sesuai dengan standar yang telah disepakati,” ungkapnya.

Kariyam melanjutkan, kegiatan ini juga untuk memastikan seluruh kegiatan akademik dan non akademik telah berjalan dengan baik, serta untuk menemukan informasi dan fakta kaitannya dengan pengambilan keputusan. “Ruang lingkup audit sama dengan tahun sebelumnya, mengacu pada standar sistem penjaminan mutu UII MERCY OF GOD, yang telah diterapkan tiga tahun terakhir,” tandasnya.

Lebih lanjut Kariyam menuturkan, Audit Mutu Internal merupakan kebutuhan bagi setiap unit dan hendaknya tidak menjadi sebuah beban. Bila setiap hari, cara bekerja kita diorientasikan pada mutu, tentunya akan menjadi kebiasaan dan menjadi budaya mutu. “Konsep dalam Audit Mutu Internal adalah menemukan peluang perbaikan, juga menjadi pengawasan untuk menemukan sesuatu yang dapat diperbaiki,” jelasnya. Sumber: uii.ac.id

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin dalam rangka studi banding pada Jum’at (19/10), di Gedung Rektorat UII. Pada pertemuan ini mendiskusikan tentang Badan Penjaminan Mutu di sebuah Universitas atau Perguruan Tinggi.

Badan Penjaminan Mutu (BPM) di sebuah Universitas atau Perguruan Tinggi merupakan sebuah sistem manajemen organisasi yang berbasis pada kualitas yang mampu memenuhi kebutuhan dan harapan para stakeholders atau para pemangku kepentingan.

Kariyam, S.Si., M.Si., Selaku Kepala Badan Penjaminan Mutu UII membuka diskusi dengan menjelaskan Sistem Penjaminan Mutu (SPM) yang diterapkan di UII. Ia menuturkan, saat ini UII menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan tinggi berdasarkan pada peraturan Permenristekdikti No.62 Th 2016 tentang SPM Dikti.

“Di dalam peraturan tersebut perguruan tinggi mempunyai tugas dan wewenang merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan mengembangkan SPM. Dan saat ini SPM UII dikenal dengan nama Standar MERCY OF GOD,” jelas Kariyam.

Kariyam menambahkan, Standar MERCY OF GOD mempunyai 10 Standars dengan 99 cakupan kerja. MERCY OF GOD terdiri dari Management of Organization, Education, Research, Community Services, Yield of Services, Output, Facilities, Governance, Outcome & Cooperation, dan Da’wah Islamiyah.

“Cakupan Sasaran mutu MERCY Of GOD ini, terbagi menjadi 3 yaitu Universitas, Fakultas dan Program Studi. Dan tiap tahunnya akan diadakan satu kali Audit Mutu Internal Kinerja Akademik,” paparnya,

Disampaikan Kariyam, dalam satu tahun akan diadakan satu kali Rapat tinjauan manajemen SPM Universitas Audit Mutu Internal. Dalam setiap Audit akan dilakukan pemaparan mengenai hasil audit mutu internal selama satu tahun dan akan dievaluasi mengenai kinerja proses, pencapaian sasaran, rencana, dan standar mutu.

“Setelah itu akan diberikan rekomendasi untuk peningkatan perbaikan di tahun berikutnya” ujar Kariyam.

Sementara, Dr. Ridha Darmawaty, M.Pd., selaku Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Antasari Banjarmasin mengaku sangat tertarik dengan topik pembahasan pada kunjungannya kekampus UII kali ini. Pihaknya Tertarik untuk bisa mencontoh standar SPM MERCY OF GOD UII.

“Namun tentunya dengan menyesuaikan sistem penjaminan mutu serta stuktur yang ada di UIN Antasari Banjarmasin,” ujarnya. Sumber: uii.ac.id

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menerima kunjungan dari perguruan tinggi dalam rangka studi banding. Bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito UII, Jum’at (28/9), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengunjungi UII dalam rangka studi banding tentang penjaminan mutu perguruan tinggi.

Delegasi UNJ yang berjumlah 24 orang, dipimpin oleh Dr. Riyadi, M.T., selaku Sekretaris Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) beserta Dr. Siti Nurjanah, S.E., M.Si., selaku Kepala Pusat Penjaminan Mutu (PPjM). Rombongan diterima langsung oleh Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., didampingi Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. dan Kepala Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII, Kariyam, S.Si., M.Si.

Dalam sambutannya Fathul Wahid mengungkapkan terima kasih kepada UNJ atas kunjungannya ke UII. Dengan kunjungan yang dilakukan, UII mendapat kawan baru untuk bergerak bersama. “Kami ingin kampus-kampus di Indonesia lainnya juga bisa bergerak maju bersama-sama”, ujarnya. Ia menjelaskan, BPM UII merupakan salah satu badan yang langsung di bawah Rektor, artinya koordinasi yang dilakukan langsung dengan Rektor.

Fathul menambahkan, ada tiga hal penting dalam penjaminan mutu. Pertama, membudayakan mutu. “Kalau mutu itu sudah membudaya berarti keberadaannya tidak ditanyakan lagi, namun sudah dianggap bagian dari keseharian. Tapi bila mutu dianggap menjadi beban, justru akan menjadi repot,” ujarnya.

Kedua, melakukan peningkatan mutu. Ketiga, komitmen dari pimpinan. “Bila ketiganya bisa berjalan dengan baik maka insya Allah siapapun kepala BPM atau LP3M nyaman hidupnya, karena pimpinan pun turut mendukung”, tutur Fathul Wahid.

Sementara disampaikan Riyadi, hal-hal yang didiskusikan nantinya akan disampaikan kepada pimpinan UNJ, dan akan menjadi bahan ataupun acuan untuk meningkatkan mutu kami bersama-sama. “Harapan dengan kedatangan kami kesini, ingin sama-sama belajar meningkatkan mutu. Saya melihat beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta sudah begitu maju, walaupun kami di pusat, kami juga ingin melihat perkembangan di daerah yang sekiranya bisa membawa kami bersama-sama,” paparnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kariyam menyampaikan pada dasarnya BPM UII hanya mengikuti dari Permenristekdikti No. 62 tahun 2016. Kemudian apa yang dilakukan juga tidak terlepas dari yang namanya PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan).

“Pada tahun 2016, UII membuat standar penjaminan mutu sendiri atas dasar seringnya pergantian peraturan penjaminan mutu, dengan sebuah akronim MERCY OF GOD (Management of Organization, Educatoin, Research, Community Services, Yield of Services, Output, Facilities, Governence, Outcome & Corporation, dan Da’wah Islamiyah),” ungkapnya.

Diskusi ditutup dengan pertukaran cinderamata. Usai diskusi, rombongan UNJ berkesempatan berkunjung ke museum UII dan candi kimpulan yang berlokasi di Gedung Moh. Hatta. Rombongan dari UNJ tampak antusias mengikuti tour tersebut. (MDP/RS) Sumber: uii.ac.id

Badan Penjaminan Mutu UII terus berupaya untuk mengawal UII dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya terutama dalam peningkatan kualitas di kancah internasional.

Dalam upaya pengawalan terhadap peningkatan kualitas UII di kancah internasional tersebut, BPM UII mengirimkan delegasi pada ASEAN University Network – Quality Assurance (AUN-QA) International Conference 2018 serta menghadiri kegiatan Meeting of Chief Quality Officer (CQO) for membership of AUN-QA di Bangkok, Thailand.

Delegasi UII pada Meeting of Chief Quality Officer (CQO) for membership of AUN-QA yang dilaksanakan pada 26-28 Maret 2018 tersebut adalah Kariyam, M.Si (Kepala Badan Penjaminan Mutu UII).

Pada kesempatan tersebut BPM UII menyajikan poster terkait standar MERCY OF GOD sebagai basis standar pendidikan tinggi Islam.

 

  

Penjaminan mutu (quality assurance) bagi seluruh perguruan tinggi dipandang sebagai salah satu cara untuk menjawab berbagai permasalahan pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan kata lain, perguruan tinggi dikatakan bermutu apabila mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya. Sehingga, perguruan tinggi harus mampu merencanakan, menjalankan, dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi.

Topik tersebut sebagaimana tergambar dalam Studi Banding Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ke Universitas Islam Indonesia (UII), pada Rabu (07/3) yang bertempat di Ruang Sidang Utama Lt.4 Gedung GPBH Prabuningrat UII. Delegasi UMJ yang dipimpin oleh Ketua Badan Penjaminan Mutu (BPM) UMJ, Ir. Mutmainah, S.Sos, MM. diterima langsung oleh Wakil Rektor I UII, Dr.-Ing.Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA.,IAI. dan Kepala BPM UII, Kariyam, S.Si., M.Si.

Dalam sambutannya Ilya Fadjar Maharika menyambut baik kedatangan Delegasi UMJ dalam rangka untuk saling berbagi pengetahuan dan informasi demi penyelenggaraan perguruan tinggi di Indonesia yang lebih baik kedepan. “Kehadiran teman-teman merupakan hal yang bisa bermanfaat untuk sharing knowledge, semoga diskusi kita hari ini dapat menghasilkan pengembangan pengetahuan bagi UII maupun UMJ,” tuturnya.

Sementara Mutmainah menyampaikan bahwa UII merupakan tujuan yang tepat bagi UMJ untuk belajar pengembangan perguruan tinggi seperti akreditasi institusi agar tidak kalah dalam bersaing dalam era globalisasi saat ini. “Saya pikir UII tujuan yang recommended bagi kami, karena kita sebagai perguruan tinggi yang notabene Islam perlu banyak belajar agar tidak kalah bersaing dari perguruan tinggi lain,” ungkapnya.

Lebih lanjut Kariyam menyampaikan bahwa standar penjaminan mutu UII menggunakan pola kombinasi parameter dari dikti dengan parameter UII. “Kita mengkombinasikan parameter dari SPM Dikti dengan parameter standar UII sehingga menjadi standar penjaminan mutu UII yang disingkat dengan nama Mercy of God”, pungkasnya.

Hadir pula dalam kegiatan tersebut Sekretaris BPM UMJ, Bambang Irawan, M.Pd., Kabid Pengembangan dan Pengendalian Mutu UMJ, Dr. Tria Astika E.P, SKM., MKM., Kabid Monev AMI dan Akreditasi UMJ, Miciko, S.Kp., M.Biomed., Staf BPM UMJ, Tri Suryani, SKM., dan Daruki, S.Pd. serta para pengurus BPM UII yang terdiri dari Dr. Sefriani, SH., M.Hum., Tito Yuwono, ST., M.Sc., dan Dra. Indah Susantun, M.Si. Pertemuan diakhiri dengan penyerahan cindera mata dari kedua institusi. (IH/RS), Sumber: www.uii.ac.id

Dalam rangka terus menjamin kualitas dan mutu pendidikan secara berkelanjutan, Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan Seminar Outcome-Based Management at Study Program. Bertempat di Hotel Santika Jogja, kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII berlangsung selama dua hari, 21-22 Februari 2018. Pada hari pertama penyelenggaraan, dilakukan pemaparan materi oleh seluruh Ketua Pogram Studi (Kaprodi) tingkat Strata Satu (S1). Kemudian di hari kedua dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Kaprodi tingkat Strata Dua (S2), Strata Tiga (S3) dan tingkat Profesi/Vokasi (D3).

Dibuka oleh Wakil Rektor I UII, Dr. Ing Ilya Fajar Maharika, MA, IAI., kegiatan ini juga dihadiri oleh Dekan dan Kaprodi di lingkungan UII. Dalam sambutannya, Ilya Fajar Maharika menyampaikan harapannya mengenai hasil yang akan dicapai setelah kegiatan ini. “Harapan kita tentu saja bahwa apa yang nanti akan disampaikan baik berupa inovasi, prestasi, maupun capaian lainnya bisa kita catat untuk menjadi knowledge management agar bisa diaplikasikan sampai di materi perkuliahan dan proses perkuliahan kedepannya,” ungkapnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala BPM UII, Kariyam, S.Si., M.Si., meyampaikan tujuan dari diadakannya seminar ialah sebagai wadah bagi seluruh Kaprodi di UII untuk bisa saling berbagi praktik baik untuk lingkungan internal UII. “Kita memberikan fasilitas kepada seluruh Kaprodi yang ada di UII untuk bisa saling berbagi terkait manajemen prodi, prestasi, hingga momen-momen monumental yang telah diraih selama empat tahun kebelakang,” tandasnya.

Selain menyampaikan inovasi yang telah dicapai, dalam forum ini seluruh Kaprodi yang juga berperan sebagai narasumber juga berbagi masalah hal-hal yang belum sempat dicapai dalam masa jabatan empat tahun tersebut. Kendala-kendala tersebut didiskusikan bersama untuk dijadikan bahan evaluasi lebih lanjut. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata UII sebagai Perguruan Tinggi Nasional pertama di Indonesia untuk terus menjamin standar mutu pendidikan sehingga bisa menciptakan lulusan yang  rahmatan lil ‘alamin. (MHH/EF). Sumber: www.uii.ac.id

Secara konsisten Universitas Islam Indoensia (UII) telah serius mengembangkan budaya mutu sejak tahun 1999, bahkan jauh sebelum pemerintah menginisiasinya terhitung pada tahun 2003. Hal tersebut disampaikan  Rektor UII Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum., Ph.D. pada pelaksanaan Rapat Tinjauan Manajemen Sistem Penjamin Mutu Universitas (RPM SPMU), Kamis (7/12), di Gedung Prof. Dr. Sardjito UII.

Agenda rutin yang diprakarsai oleh Badan Penjamin Mutu (BPM) UII tersebut dihadiri para Wakil Rektor, Dekan, Ketua Program Studi, Kepala Badan serta Direktur di lingkungan UII. Disampaikan Nandang Sutrisno, salah satu keberhasilan pembudayaan mutu UII adalah adanya komitmen yang ditunjukkan dalam setiap langkah termasuk ketika pelaksanaan Audit Mutu Internal (AMI) dan RTM.

Dalam kesempatannya Nandang Sutrisno juga menyampaikan raihan UII dengan mendapatkan penghargaan Program Asuh Perguruan Tinggi Unggul. Selain mendapatkan hibah senilai 500 juta, penghargaan ini juga sekaligus memberikan amanat kepada UII untuk mengasuh tiga perguruan tinggi swasta yakni Universitas Islam Sumatra Utara (UISU), Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan Universitas Islam Makassar (UIM).

“UII juga masuk dalam 5 besar terbaik dari 26 universitas yang mendapatkan hibah tersebut. Hal ini menandakan bahwa sistem penjamin mutu kita sudah mapan dan dipercaya untuk mengasuh perguruan tinggi lain,” ujar Nandang Sutrisno.

Sementara Kariyam dalam pemaparannya menyampaikan keseluruhan hasil rekap yang dilakukan selama proses audit. AMI memastikan seluruh proses sesuai prosedur dan seluruh output sudah berjalan sesuai dengan jadwal dan standar AMI di seluruh jajaran. “Atas nama BPM kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas sinergi kepada auditee maupun auditor,” ujarnya. (BKP/RS)