Tag Archive for: standar uii

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Universitas Mercu Buana Jakarta (UMBJ) dalam rangka studi banding tentang penjaminan mutu, pada Kamis (25/7) di Ruang Sidang VIP, Gedung GBPH Prabuningrat Kampus UII Terpadu. Mengawali pertemuan, Kepala Pusat Penjaminan Mutu UMBJ, Dr. Ir. Elyani mengungkapkan tujuannya bersama tim datang ke UII.

“Tujuan kami kesini ingin belajar banyak dari UII yang sudah lebih dahulu berkembang. Kami memilih Universitas swasta karena memiliki sistem yang berbeda dengan universitas negeri. UII juga punya banyak akreditasi internasional dan kita sedang menuju ke proses itu,” ungkap Elyani.

Pada kunjungannya ke UII kali ini, 5 orang delegasi UMBJ terdiri dari Kepala dan Wakil Kepala Pusat Penjaminan Mutu, Kepala Sub Bagian Audit Internal dan dua Staf Pusat Penjaminan Mutu.

Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. menuturkan bahwa sejak empat tahun lalu terdapat dua Prodi yang terakreditasi Canberra Accord di Indonesia, yaitu ITB dan UII. Canberra Accord merupakan persetujuan pendidikan arsitektur dunia yang bersepakat menghimpun beberapa lembaga akreditasi dunia termasuk KAAB.

“KAAB adalah anggota penandatangan Canbera Accord yang juga merupakan organisasi yang diakui oleh Dewan Validasi Pendidikan Arsitektur UNESCO-UIA (International Union of Architects). Memang tidak mudah, karena kami harus mengubah kuriukulum 4 tahun menjadi 5 tahun,” jelasnya.

Sementara Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, S.Si., M.Si. menjelaskan bahwa UII memiliki standar mutu sendiri yakni MERCY OF GOD (Manegerial, Education, Research, Community, Standar Dakwah Islamiyah, Output, Feedback, Governance, Outcome, Stakeholder).

Standar utama tersebut memilki beberapa ruang lingkup, dan setiap ruang lingkup akan diuraikan menjadi suatu rangkaian proses kegiatan yang dilengkapi dengan kriteria minimal yang harus dicapai oleh penanggungjawab serta unit pelaksana proses kegiatan. “Ada dua nilai yang menjadi dasar bagi Badan Penjaminan Mutu di UII, yakni nilai pengabdian (Ibadah) dan nilai keunggulan (ekselensi),” ujarnya.

Kunjungan studi banding dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, membahas bagaimana sistem penjaminan mutu di UII berlangsung, serta bagaimana cara UII mendapatkan berbagai akreditasi Internasional pada Prodi tertentu. (DR/RS) Sumber: uii.ac.id

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Jumat (3/5), di Ruang Sidang VIP, Gedung Rektorat. Fokus kunjungan tersebut mendiskusikan pengelolaan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) serta pelaksanaan Audit Mutu Internal (AMI) UII.

Rombongan UMM yang dipimpin Dr. Muslimin Machmud, M.Si. disambut langsung oleh Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc. Dalam sambutannya, selain menyambut hangat kedatangan universitas sahabat di kampus terpadu, Imam Djati juga sedikit bercerita tentang awal mula sistem penjaminan mutu yang diterapkan oleh UII.

“Kami memulai sistem penjaminan mutu pada tahun 1999. Saat itu kami menggunakan ISO sebagai acuannya. Baru beberapa tahun terakhir ini kami mengembangkan standar sendiri yang menggabungkan apa yang diminta oleh Kemenristekdikti dengan beberapa sistem mutu yang Islami,” tuturnya.

Sementara itu, Muslimin menyampaikan bahwa pihaknya sangat bersyukur dan senang bisa silaturahmi sekaligus bisa belajar bersama mengenai sistem penjaminan mutu yang ada di UII. “Terima kasih sudah menerima kami untuk silaturahmi serta belajar pengembangan sistem penjaminan mutu. UII adalah salah satu universitas yang sistem penjaminan mutunya diapresiasi oleh Kemenristekdikti,” tutur Muslimin dalam sambutannya.

Menyambung apa yang telah disampaikan pimpinan delegasi, Ka. Bid. Mutu Akreditasi, Sertifikasi dan Pemeringkatan UMM, Dr. Ainur Rofieq, M.Kes., menyampaikan bahwa UII adalah sparing partner yang luar biasa. Oleh karena itu, ia ingin diskusi ini fokus pada yang pertama, bagaimana membedah manual mutu, standar mutu, manual prosedur, dan instrumen AMI, yang kedua adalah terkait organisasi yang menjalankan manual prosedur di setiap tingkatan lembaga, kemudian yang terakhir terkait dengan kinerja dosen.

Sementara dalam pemaparan materinya, Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, S.Si., M.Si., menuturkan bahwa UII memiliki acuan penjaminan mutunya sendiri. Sejak tahun 2016 UII memiliki ‘MERCY OF GOD’ sebagai dasar penjaminan mutu. Akronim ‘MERCY OF GOD” terdiri dari Management of Organization, Education, Research, Community Services, Yield of Services, Output, Facilities, Governance, Outcome & Cooperation, dan Da’wah Islamiyah.

“Akronim ‘MERCY OF GOD’ mempunyai 10 standar dengan 99 cakupan kerja. Ini adalah cara kami melampaui standar nasional yang memiliki 24 cakupan kerja, sedangkan kami memiliki 99 cakupan kerja,” jelasnya.

Terakhir, menanggapi apa yang telah disampaikan Kariyam, Ka. Bid. Mutu Sarana dan Prasarana UMM, Ir. Sulianto, M.T., berpendapat bahwa akronim dan standar yang dibuat UII sangat menarik. Akronim yang sangat mudah diingat sehingga sosialisasi bisa menyentuh hingga lapisan terbawah. “UMM sepertinya akan memulai mencari ‘wangsit’ agar dapat membuat akronim standar mutu seperti UII,” pungkasnya diikuti riuh tawa seluruh undangan. (APB/ESP)

Keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi lebih baik mendorong Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor mengadakan kunjungan studi banding ke UII pada Rabu (20/3). Kunjungan yang berlangsung di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito UII itu diikuti 20 delegasi yang terdiri dari 11 orang dari Tim Badan Penjaminan Mutu (BPM), 8 orang dari Tim AIPT dan 1 orang staf. Sementara perwakilan dari UII yang turut menerima kunjungan di antaranya Kepala BPM UII Kariyam S.Si., M.Si.

Dalam kesempatannya, Kariyam menjelaskan proses pengembangan dan peningkatan standar mutu pendidikan tinggi yang khas dan sesuai bagi UII. “Kami memiliki sepuluh standart yang bisa disebut dengan MERCY OF GOD, yakni M sebagai managerial, E sebagai education, R untuk research, C untuk Community, Y untuk yield of service, O untuk Output, F yaitu feedback, G untuk Governance, O sebagai Outcome dan D sebagai Dakwah Islamiyah”, jelasnya. Untuk standar mutu UII ini sendiri memiliki ruang lingkup yang akan dilengkapi dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh penanggungjawab dan pelaksana proses kegiatan.

Sementara itu dalam sambutannya, Perwakilan delegasi UNIDA, Imam Haryadi, M.Si menuturkan tujuannya beserta tim datang ke UII. “Karena UNIDA baru saja naik kelas ke tingkat universitas pada tahun 2014 lalu maka levelnya juga pasti akan berbeda. Kami perlu belajar dengan universitas yang sudah mapan. Dan UII ini salah satu yang kami anggap sudah sangat mapan.” Ujarnya.

UNIDA sendiri telah menjadi universitas sejak tahun 2014 lalu. Awalnya, pada tahun 1963 institusinya masih berstatus Perguruan Tinggi Darussalam kemudian berubah menjadi Institut Pendidikan Darussalam dan menjadi Institut Studi Islam Darussalam.

Ia menambahkan bahwa UNIDA memiliki program studi yang semuanya sudah terakreditasi. Terdapat 6 prodi yang telah terakreditasi A, 8 prodi terakreditasi B, serta 5 prodi terakreditasi C. “UNIDA merupakan universitas yang unik karena menerapkan sistem asrama (boarding system) yang didesain untuk pembelajaran yang efektif dan efisien”, katanya.

Sistem asrama di UNIDA menggunakan Bahasa Arab dan Inggris sebagai pengantar pengajaran dan komunikasi di antara dosen dan mahasiswa. Di dalamnya juga terdapat aktivitas keilmuan, kerohanian, dan kewirausahaan untuk menciptakan tradisi keilmuan.

Pondok pesantren Darussalam Gontor dan UII ternyata memiliki pertalian sejarah yang tidak bisa dilepaskan. Hal ini karena pendiri dari Pondok pesantren Darussalam Gontor dan pendiri UII adalah kawan akrab dimana sama-sama memiliki visi dan cita cita yaitu membangun universitas Islam yang bermutu dan berarti.

Imam juga mengungkapkan harapannya, “Kami berharap hubungan ini bisa berlanjut semakin harmonis, dan kami bisa belajar lebih banyak lagi bersama UII”, pungkasnya. (DRD/ESP)

Secara konsisten Universitas Islam Indoensia (UII) telah serius mengembangkan budaya mutu sejak tahun 1999, bahkan jauh sebelum pemerintah menginisiasinya terhitung pada tahun 2003. Hal tersebut disampaikan  Rektor UII Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum., Ph.D. pada pelaksanaan Rapat Tinjauan Manajemen Sistem Penjamin Mutu Universitas (RPM SPMU), Kamis (7/12), di Gedung Prof. Dr. Sardjito UII.

Agenda rutin yang diprakarsai oleh Badan Penjamin Mutu (BPM) UII tersebut dihadiri para Wakil Rektor, Dekan, Ketua Program Studi, Kepala Badan serta Direktur di lingkungan UII. Disampaikan Nandang Sutrisno, salah satu keberhasilan pembudayaan mutu UII adalah adanya komitmen yang ditunjukkan dalam setiap langkah termasuk ketika pelaksanaan Audit Mutu Internal (AMI) dan RTM.

Dalam kesempatannya Nandang Sutrisno juga menyampaikan raihan UII dengan mendapatkan penghargaan Program Asuh Perguruan Tinggi Unggul. Selain mendapatkan hibah senilai 500 juta, penghargaan ini juga sekaligus memberikan amanat kepada UII untuk mengasuh tiga perguruan tinggi swasta yakni Universitas Islam Sumatra Utara (UISU), Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan Universitas Islam Makassar (UIM).

“UII juga masuk dalam 5 besar terbaik dari 26 universitas yang mendapatkan hibah tersebut. Hal ini menandakan bahwa sistem penjamin mutu kita sudah mapan dan dipercaya untuk mengasuh perguruan tinggi lain,” ujar Nandang Sutrisno.

Sementara Kariyam dalam pemaparannya menyampaikan keseluruhan hasil rekap yang dilakukan selama proses audit. AMI memastikan seluruh proses sesuai prosedur dan seluruh output sudah berjalan sesuai dengan jadwal dan standar AMI di seluruh jajaran. “Atas nama BPM kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas sinergi kepada auditee maupun auditor,” ujarnya. (BKP/RS)

Implementasi standar mutu dalam sebuah layanan jasa merupakan jaminan atas kepuasan konsumen. Hal inilah yang terus menjadi perhatian UII sebagai perguruan tinggi. Pelayanan yang terstandar mutu telah sejak lama menjadi budaya di lingkungan UII. Sebagaimana terimplementasi dalam sistem penjaminan mutu internal universitas yang dijalankan oleh Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII. Guna mengukur sejauh mana implementasi standar mutu tersebut, UII turut berpartisipasi dalam SNI Award 2017 yang diadakan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNi). Sebagai realisasi atas partisipasi UII, 2 orang evaluator BSN mengunjungi kampus terpadu UII dan bertemu dengan pimpinan kampus. Visitasi berlangsung di Gedung Prof. Sardjito, Rabu (28/9).

Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH., LLM.,M.Hum.,Ph.D menyampaikan standar mutu yang telah dibudayakan di UII telah menghantarkan kampus ini meraih beragam prestasi baik di lingkup nasional maupun internasional. “UII sudah lama menerapkan budaya standar. Keikutsertaan UII dalam SNI Award bisa jadi bahan evaluasi apakah budaya standar UII sudah layak diapresiasi oleh pihak luar”, terangnya.

Meskipun waktu penyiapan bahan visitasi cukup singkat yakni hanya beberapa minggu menjelang Hari Raya Idul Fitri, namun ia cukup optimis UII telah memenuhi semua persyaratan yang diminta dalam penilaian SNI Award. “Saya apresiasi kinerja BPM dan tim yang telah secara serius mempersiapkan segala sesuatunya hingga hari ini”, tambahnya.

Sementara itu, BSN menugaskan dua orang tim evaluator yang beranggotakan, Ibu Nur Asih dan Bapak Ari Wibowo. Evaluasi dijadwalkan berlangsung selama dua hari yakni pada Rabu-Kamis (28-29/9). Menanggapi paparan Rektor, Nur Asih menilai positif bahwa kampus swasta seperti UII ternyata telah memiliki kesadaran akan pentingnya mutu yang dibudayakan sejak lama.

“SNI Award bertujuan untuk menilai sejauh mana SNI diterapkan oleh perusahaan atau organisasi di Indonesia. Penerima award adalah perusahaan yang dinilai telah menerapkan SNI secara excellent di lingkungan kerjanya”, katanya.

Ia menjelaskan, terdapat 159 organisasi dan perusahaan yang berpartisipasi dalam SNI Award tahun ini. Mayoritas partisipan berasal dari industri dan perusahaan yang bergerak di bidang pangan. Sehingga keikutsertaan institusi pendidikan seperti UII tergolong langka.

“Dari 159 pendaftar, setelah kami seleksi dokumen kelengkapannya, terdapat 109 yang lolos verifikasi. Selanjutnya dari jumlah itu, hanya 59 yang dinilai layak untuk mendapat visitasi dari tim evaluator, termasuk salah satunya UII”, katanya. (sumber: uii.ac.id)

IMG_20170427_111705Delegasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis (27/4) berkunjung ke Universitas Islam Indonesia (UII). Delegasi UIN Syarif Hidayatullah dipimpin oleh Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Dr. Sururin, M.Ag. dan diterima langsung oleh Kepala Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII Kariyam, S.Si.,M.Si. di Ruang Sidang Utama Gedung Rektorat UII.
Disampaikan Dr. Sururin, kunjungan tersebut akan memfokuskan pada beberapa hal. Di antaranya yaitu untuk mempelajari bagaimana langkah-langkah UII dalam meraih AUN QA dan QS STAR serta Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang dimiliki oleh UII.
“Kunjungan Kami ke UII kali ini ingin fokus pada AUN QA dan QS STAR, selain itu dalam rangka mengikuti peraturan yang ada saat ini, maka kami juga ingin sharing tentang Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).” Ujarnya.
“Saat ini kami juga sedang mempersiapkan reakreditasi AIPT, sehingga kami ingin mendapatkan pengalaman dari UII. Walaupun sebenarnya berbeda karena kami Perguruan Tinggi Negeri berbeda dengan UII yang swasta yang notabene lebih fleksibel. “ tandas Sururin.
“Paling tidak kami punya visi misi dan sama dari segi keislaman, hal tersebut yang menyebabkan kami memilih UII untuk tempat berkunjung. Sehingga kita berharap Perguruan Tinggi Islam memiliki mutu yang baik.” Tambahnya.
Kariyam selaku pimpinan badan yang bertanggungjawab untuk mengelola Sistem Penjaminan Mutu Internal menjelaskan bahwa UII sudah memiliki standar yang dinamakan dengan MERCY OF GOD. “MERCY OF GOD memiliki 2 makna, pertama yaitu sivitas akademika UII bekerja dan kuliah di UII sebagai bentuk ibadah dan yang kedua MERCY OF GOD sebagai akronim dari aspek-aspek yang menjadi standar mutu UII.” Paparnya.
Menanggapi tentang kemungkinan untuk membuat sebuah standar untuk digunakan oleh perguruan tinggi Islam di Indonesia, Ia juga setuju dan berharap UIN dan UII dapat mewujudkan hal tersbut. “Alangkah indahnya jika perguruan tinggi islam memiliki standar tertentu, maka dari itu saya juga memiliki mimpi agar UII dan UIN bisa bekerjasama bagaimana membuat standar untuk perguruan tinggi yang menggunakan label Islam.” Tandasnya.(sumber: uii.ac.id)

IMG_20170427_090537   IMG_20170427_092613

workshop_standar_UIISebagaimana ditetapkan dalam Permendikbud No. 50 Tahun 2014 Pasal 1(1), Mutu Pendidikan Tinggi adalah ketika penyelenggaraan pendidikan tinggi sesuai dengan Standar Pendidikan Tinggi yang terdiri atas SN Dikti (Standar Nasional Pendidikan Tinggi) dan Standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi (PT). Selain itu, Mutu Pendidikan Tinggi juga merupakan pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan, kompetensi lulusan dan standar akademik yang telah ditetapkan oleh institusi Perguruan Tinggi.

Berdasarkan hal tersebut UII terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya dengan menyusun Standar Mutu yang baru yang diberi nama Mercy of God. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII Kariyam, S.Si.,M.Si., dalam Workshop Pengembangan dan Penyusunan Standar Universitas Islam Indonesia “Mercy of God” yang diselenggarakn di Hotel Puri Asri Magelang pada Senin-Selasa (29-30/08), Mercy of God akan menjadi Standar Mutu UII yang baru sebagai jaminan kualitas dari UII kepada stakeholder.

“Standar ini menjadi jaminan bagi stakeholder UII bahwa UII akan memberikan yang terbaik. Kita berharap Mercy of God ini akan menghasilkan luaran yang baik dan mampu menjadikan UII sebagai Perguruan Tinggi yang unggul dan sejajar dengan perguruan tinggi di negara-negara maju”.Ujar Kariyam.

Mercy of God adalah akronim dari berbagai aspek yang akan menjadi Standar Mutu UII, aspek-aspek tersebut adalah M (Management Organization), E (Education), R (Research), C (Community Service), Y (Yield of Service), O (Output), F (Facilities), G (Governance), O (Outcome & Cooperation) dan D (Dakwah Islamiyah).

Rektor UII Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. yang turut hadir memberikan arahan dalam penyusunan Standar Mutu UII yang baru tersebut, ia menyampaikan bahwa tujuan disusunnya standar UII yang baru adalah sebagai upaya melanjutkan perjuangan para pendiri UII yaitu mendidik cendekiawan muslim yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah.

“Dulu para pendiri UII memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu menjadikan sarjana muslim yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah, hari ini adalah usaha kita untuk meneruskan perjuangan itu.” Papar Dr. Harsoyo

Sumber: www.uii.ac.id