Keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi lebih baik mendorong Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor mengadakan kunjungan studi banding ke UII pada Rabu (20/3). Kunjungan yang berlangsung di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito UII itu diikuti 20 delegasi yang terdiri dari 11 orang dari Tim Badan Penjaminan Mutu (BPM), 8 orang dari Tim AIPT dan 1 orang staf. Sementara perwakilan dari UII yang turut menerima kunjungan di antaranya Kepala BPM UII Kariyam S.Si., M.Si.
Dalam kesempatannya, Kariyam menjelaskan proses pengembangan dan peningkatan standar mutu pendidikan tinggi yang khas dan sesuai bagi UII. “Kami memiliki sepuluh standart yang bisa disebut dengan MERCY OF GOD, yakni M sebagai managerial, E sebagai education, R untuk research, C untuk Community, Y untuk yield of service, O untuk Output, F yaitu feedback, G untuk Governance, O sebagai Outcome dan D sebagai Dakwah Islamiyah”, jelasnya. Untuk standar mutu UII ini sendiri memiliki ruang lingkup yang akan dilengkapi dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh penanggungjawab dan pelaksana proses kegiatan.
Sementara itu dalam sambutannya, Perwakilan delegasi UNIDA, Imam Haryadi, M.Si menuturkan tujuannya beserta tim datang ke UII. “Karena UNIDA baru saja naik kelas ke tingkat universitas pada tahun 2014 lalu maka levelnya juga pasti akan berbeda. Kami perlu belajar dengan universitas yang sudah mapan. Dan UII ini salah satu yang kami anggap sudah sangat mapan.” Ujarnya.
UNIDA sendiri telah menjadi universitas sejak tahun 2014 lalu. Awalnya, pada tahun 1963 institusinya masih berstatus Perguruan Tinggi Darussalam kemudian berubah menjadi Institut Pendidikan Darussalam dan menjadi Institut Studi Islam Darussalam.
Ia menambahkan bahwa UNIDA memiliki program studi yang semuanya sudah terakreditasi. Terdapat 6 prodi yang telah terakreditasi A, 8 prodi terakreditasi B, serta 5 prodi terakreditasi C. “UNIDA merupakan universitas yang unik karena menerapkan sistem asrama (boarding system) yang didesain untuk pembelajaran yang efektif dan efisien”, katanya.
Sistem asrama di UNIDA menggunakan Bahasa Arab dan Inggris sebagai pengantar pengajaran dan komunikasi di antara dosen dan mahasiswa. Di dalamnya juga terdapat aktivitas keilmuan, kerohanian, dan kewirausahaan untuk menciptakan tradisi keilmuan.
Pondok pesantren Darussalam Gontor dan UII ternyata memiliki pertalian sejarah yang tidak bisa dilepaskan. Hal ini karena pendiri dari Pondok pesantren Darussalam Gontor dan pendiri UII adalah kawan akrab dimana sama-sama memiliki visi dan cita cita yaitu membangun universitas Islam yang bermutu dan berarti.
Imam juga mengungkapkan harapannya, “Kami berharap hubungan ini bisa berlanjut semakin harmonis, dan kami bisa belajar lebih banyak lagi bersama UII”, pungkasnya. (DRD/ESP)