Universitas Islam Indonesia (UII) memperoleh apresiasi dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti berkenaan dengan penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Penghargaan berupa plakat dan sertifikat diserahkan oleh Direktur Penjaminan Mutu, Prof. Aris Junaidi kepada Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-23, di Pekanbaru, Sabtu (10/8).

Sebelumnya, sebanyak 16 perguruan tinggi masuk dalam nominasi dan dilakukan visitasi. Namun dalam rapat pleno Tim Pengembang SPMI memutuskan hanya ada 10 penerima apresiasi sesuai dengan bentuk perguruan tinggi yaitu; 4 Universitas, 3 Politeknik, 1 Sekolah Tinggi, dan 2 Akademi.

Penghargaan ini diberikan secara selektif kepada perguruan tinggi bukan PTN-BH dan terakreditasi peringkat A atau B yang telah mengisi instrumen pemetaan SPMI online tahun 2018, penerima apresiasi telah divisitasi dan diverifikasi kelengkapan dokumen SPMI, serta direview kesesuaian penerapannya oleh tim Pengembang SPMI. Apresiasi diberikan sebagai upaya Kemenristekdikti memotivasi dan mendorong tumbuhnya budaya mutu di perguruan tinggi.

Disampaikan Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. setelah visitasi untuk validasi apa yang telah diisikan dibandingkan dengan apa yang ada dilapangan, UII masuk bersama tiga perguruan tinggi lainnya. Empat perguruan tinggi inilah yang mendapatkan apresiasi dari Kemenristekdikti.

“Mudah-mudahan hal ini memicu UII untuk dapat lebih baik lagi dalam melakukan Penjaminan Mutu Internal. Pada ujungnya adalah proses yang terstandar dan alumni yang lebih berkualitas,” ungkap Rektor ketika berbincang di ruang kerjanya pada Selasa (14/8).

Fathul Wahid menuturkan, UII termasuk pioneer dimana sejak tahun 1999 Penjaminan Mutu Internal telah diterapkan. Dalam dua tahun terakhir, UII juga membina beberapa mitra dalam hal Penjaminan Mutu Internal. “Mudah-mudahan menjadi indikator bahwa kita dipercaya oleh pemerintah dan publik untuk memberikan sesuatu dan berbagi pengalaman,” ujarnya. Sumber: www.uii.ac.id

Sebagai lembaga pendidikan, UII terus mendorong tumbuhnya budaya standardisasi melalui aktifitas sivitas akademikanya di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Hal ini dilandasi kesadaran akan pentingnya standardisasi sebagai elemen penting dalam menjaga daya saing bangsa. Di samping itu, budaya standardisasi juga turut meningkatkan kinerja organisasi dalam menerapkan sistem penjaminan mutu. Salah satu langkah nyata UII adalah intens menjalin kerjasama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia di berbagai bentuk aktifitas.

Sebagaimana tergambar dalam acara peresmian SNI Corner yang bertempat di Lantai Under Ground, Gedung Perpustakaan Moh. Hatta, kampus terpadu UII pada Senin (2/7). Peresmian tersebut dihadiri oleh pimpinan BSN dan pimpinan UII. Keberadaan SNI Corner di UII merupakan unit mandiri ke-2 yang diresmikan BSN di lingkungan perguruan tinggi Indonesia. Ini artinya, di samping menyediakan lokasi strategis, UII juga memberikan kesiapan sarana prasarana bagi SNI Corner tersebut. Sedangkan BSN menyediakan konten dan sistem informasi standardisasi yang dapat diakses bebas oleh pengunjung.

Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D menyampaikan di dunia yang tidak lagi tersekat erat oleh batas-batas negara seperti sekarang, standardisasi berfungsi sebagai bahasa komunikasi bersama tentang bagaimana praktik yang disepakati dalam menjalankan beragam aktivitas, seperti bisnis, pendidikan, pelayanan, dan produksi. “Standardisasi juga berguna sebagai sarana evaluasi diri yakni untuk melihat sejauh mana dan di mana posisi kita dalam menerapkan sebuah standar di praktik bisnis yang kita jalankan”, ujarnya.

Ia menyambut baik didirikannya SNI Corner di kampus UII sebagai ikhtiar positif membangun kesadaran akan pentingnya standardisasi di lingkup sivitas akademika. Selain itu, dengan adanya SNI Corner sivitas akademika pun dapat memberikan umpan balik kepada BSN mengenai praktik standardisasi yang ada.
Sementara, Kepala BSN Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya, M.Sc mengatakan SNI Corner di UII adalah yang ke-27 diresmikan BSN di seluruh Indonesia. Menurutnya, peresmian SNI Corner juga menjadi bagian implementasi kerjasama di antara kedua institusi yang berlangsung cukup erat.

“SNI Corner diharapkan menjadi stimulus pengembangan kompetensi akademik dan meluluskan generasi berkualitas”, imbuhnya. SNI Corner sendiri menyediakan berbagai informasi mengenai standardisasi serta produk riset yang bisa dimanfaatkan oleh pihak kampus, masyarakat umum, maupun pemerintah daerah.
Pihaknya juga mengapresiasi UII yang dinilai cukup serius dalam menumbuhkan budaya standardisasi. Ini terlihat dari kiprah lembaga Badan Penjaminan Mutu UII yang juga kerap bertukar pikiran dengan BSN mengenai proses adopsi standar mutu dari benchmark lembaga internasional. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada 2017 lembaganya menganugerahkan SNI Award predikat emas kepada UII. Sumber: uii.ac.id

Universitas Islam Indonesia (UII) resmi menjalin kerjasama dalam bidang penjaminan mutu dengan tiga universitas sekaligus, yakni Universitas Antakusuma (UNTAMA) Kalimantan Tengah, Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), dan Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso. Hal ini sebagaimana tergambar dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Program Asuh Perguruan Tinggi Unggul pada Kamis (3/5) di Ruang Audiovisual Gedung Rektorat UII.

Penandatanganan Nota Kesepahaman merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari pelakasanaan Hibah Program Asuh Perguruan Tinggi Unggul, Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristek Dikti yang diperoleh UII pada 2 April 2018.

Secara umum program hibah tersebut terdiri dari dua aktivitas yaitu lokakarya yang telah dilaksanakan sejak 11 April 2018 dan Magang yang akan dimulai bersamaan dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman Program Asuh Perguruan Tinggi Unggul.

Disampaikan Wakil Rektor I UII, Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI. kegiatan ini merupakan media untuk saling bertukar pikiran dan gagasan tentang penjaminan mutu. Ia menyitir QS. Al-mujadalah yang menurutnya sangat cocok untuk diterapkan dalam pengembangan akademik dan ilmu pengetahuan. Ayat tersebut seperti Standar Operasional Program (SOP) untuk terus meningkatkan keilmuan dan pendidikan.

“Agar diangkat derajatnya maka pertama, kita harus menghadiri majelis ilmu, seperti melalui proram hibah ini. Kedua, Kita harus melapangkan hati kita untuk menyambut pengethuan baru. Jadi bukan saja waktu yang harus kita lapangkan tapi juga hati agar kita benar-benar bisa menyerap ilmu yang akan kita dapatkan. Ketiga, ketika kita sudah melapangkan hati kita maka kita harus mau berdiri dan berbagi menyampaikan ilmu kepada yang lainnya,” Jelasnya lebih lanjut.

Sementara Kepala Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII Kariyam, S.Si, M.Si menjelaskan latar belakang Program Asuh Perguruan Tinggi Unggul ini untuk menjamin terselenggaranya mutu pendidikan tinggi di perguruan tinggi Indonesia yang berjumlah 4.000.

“Kita akan bersama-sama berbagi pengalaman, berbagi strtategi dan mudah-mudahan bisa menginspirasi perguruan tinggi mitra terkait hal yang sudah dilakukan UII. Kami memprioritaskan perguruan tinggi yang belum pernah menjalin kerjasama dengan UII sehingga bisa memperluas jaringan kerjasama”, imbuhnya.

Adapun luaran dari kegiatan ini adalah kemampuan mengisi data implementasi SPMI di laman pemetaan SPMI Dikti dan inilah yang membedakan dengan program hibah tahun lalu. Ia berharap para perguruan tinggi mitra bisa melanjutkan penerapan SPMI, mensosialisasikan hasil-hasilnya, dan siap menjadi auditor usai mengikuti pelatihan.

Sedangkan, Pembantu Direktur II Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso Muhammad Jupri, S.Kom mengaku pihaknya merasa beruntung dan berterimakasih dengan lokakarya. “Banyak ilmu yang kami dapatkan. Sekarang kami punya mimpi baru untuk meraih akreditasi A.Terimakasih atas kesempatan yang di berikan UII kepada kami untuk belajar dan memperbaiki mutu pendidikan institusi kami”, ujarnya.

Selanjutnya Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Universitas PGRI Semarang Dr. Ary Susatyo Nugroho, S.Si., M.Si melihat kegiatan ini sangat luar biasa. UII turut mengajak mereka untuk tahu lebih banyak tentang apa yang harus dilakukan sehingga dapat lebih bergerak maju.

Terakhir, Rektor Universitas Antakusuma Prof. Dr. Ir. Jeffrie Wattimena, MP sangat bersyukur dengan adanya program ini karena beberapa program studi di kampusnya akan melakukan rekareditasi. Menurutnya kini saat yang tepat berbenah di bidang penjaminan mutu. (EF)

Penjaminan mutu sebagai salah satu cara untuk menjawab berbagai permasalahan pendidikan tinggi di Tanah Air. Beberapa permasalahan yang dihadapi perguruan tinggi swasta (PTS) diantaranya adalah peningkatan status akreditasi Program Studi (Prodi) dan peningkatan kualitas sistem penjaminan mutu (SPM) yang dimilikinya. Agar bisa bersaing, tidak sedikit PTS perlu mendapat dorongan dalam memajukan program studi di lingkungannya.

Sebagaimana tergambar dalam pelaksanaan Lokakarya Pengembangan SPM dan Peningkatan Status Akreditasi Prodi yang digelar Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), pada Selasa hingga Kamis, 24-26 April 2018. Lokakarya ini merupakan rangkaian dari kegiatan Program Asuh PT Unggul, Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristek Dikti.

“Kami datang ke UPGRIS bukan sebagai perguruan tinggi pengasuh, namun untuk membuka dialog, untuk sharing best practice, dengan harapan ada hasil yang nyata seperti peningkatan status akreditasi,” ujar Wakil Rektor I UII, Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI.

”Bagi kami itu menjadi target utama dan bagi UII menjadi value. Kami berharap proses yang berkembang selanjutnya akan menjadi mutual collaboration dalam ranah yang lain, misalnya untuk riset dan pemetaan tenaga ahli,” imbuh Ilya Fadjar Maharika yang juga Wakil Rektor I UII.

Sementara Rektor UPGRIS, Dr. Muhdi, SH., M.Hum. mengucapkan terima kasih kepada UII yang telah berkenan memilih UPGRIS sebagai universitas yang akan diasuh dalam implementasi Program Asuh PT Unggul. “Kami bersyukur dan berbahagia dapat belajar dengan UII. Kami ingin meningkatkan status akreditasi yang sudah ada ke tahap akreditasi yang lebih tinggi,” ujarnya.

Menurut Muhdi, UPGRIS selalu berupaya menempatkan perguruan tinggi-perguruan tinggi yang baik sebagai contoh. UPGRIS ingin belajar terhadap UII tentang nilai-nilai yang menyemangati UII bisa seperti sekarang ini, yang tentunya dilakukan dengan by design.

“Kalau PTN (Perguruan Tinggi Negeri) akreditasinya A itu sudah semestinya, malah target akreditasi PTN yaitu akreditasi internasional. Tapi anehnya PTS malah ada yang sudah melampaui itu, contohnya UII telah memiliki empat Prodi terakreditasi internasional,” ujar Muhdi. (SNA)

Kualitas sistem penjaminan mutu (SPM) yang dimiliki perguruan tinggi swasta (PTS) belum sepenuhnya merata di tanah air. Tidak hanya itu, tidak sedikit PTS yang perlu mendapat dorongan dalam memajukan program studi di lingkupnya agar bisa bersaing. Tentunya ini sangat penting mengingat masuknya PT asing di Indonesia sudah tinggal menjadi kenyataan. Fenomena ini turut menjadi perhatian UII. Sebagai PTS tertua di Indonesia, UII ingin turut berkontribusi meningkatkan SPM dan kualitas prodi yang ada di berbagai PTS. Hal ini juga sejalan dengan amanat Dirjend DIKTI di mana UII terpilih menjadi salah satu dari 29 PTN/PTS penerima program asuh untuk menyelenggarakan pengasuhan terhadap PTS lain.

Sebagaimana tergambar dalam pelaksanaan Lokakarya Pengembangan SPM dan Peningkatan Status Akreditasi Prodi yang digelar Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII di Universitas Antakusuma (Untama), Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada Jum’at hingga Senin, 20-22 April 2018.

Pembukaan lokakarya dihadiri Rektor Untama Prof. Dr. Ir. Jeffrie Wattimena, MP bersama para pimpinan Untama yang terdiri dari Wakil Rektor, pembina, serta pengurus yayasan. Sedangkan delegasi UII diwakili oleh Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH, LLM, M.Hum, Ph.D, Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, M.Si beserta para pakar UII di bidang penjaminan mutu.

Dalam sambutannya Rektor Untama, Prof. Dr. Ir. Jeffrie Wattimena, MP mengucapkan terimakasih atas inisiasi kerjasama yang digagas antara UII dan Untama khususnya dalam implementasi Program Asuh PT Unggul.

“Saya berharap kegiatan lokakarya ini dapat berjalan lancar dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman pimpinan universitas, fakultas, maupun program studi tentang pelaksanaan SPM secara konsisten”, tuturnya.

Sementara itu di hadapan peserta lokakarya, Rektor UII, Nandang Sutrisno memaparkan peran Pimpinan Universitas terkait Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sangat penting. UII siap berbagi pengalaman tentang SPMI dengan Untama.

“Salah satu kunci sukses dalam implementasi SPMI adalah peran aktif pimpinan, dengan kewenangannya, pimpinan dapat mendorong pelaksanaan SPMI di perguruan tinggi tersebut berjalan sesuai yang diharapkan,” ujarnya saat mengisi sesi pertama lokakarya.

Sedangkan sesi kedua, paparan materi dilakukan oleh Kariyam, M.Si, Kepala BPM UII dengan tema Harmonisasi SPMI dan SPME, kemudian dilanjutkan presentasi materi tentang Strategi Implementasi SPMI. Pada sesi ketiga yang merupakan sesi terakhir pada hari pertama, dipresentasikan materi tentang pembentukan struktur organisasi UPM dan Tugas Wewenang, teknik penyusunan dokumen utama SPM, serta ruang lingkup & kedudukan AMI dalam SPM.

Upaya Dorong Peningkatan Status Akreditasi Prodi

Hari kedua pelatihan diisi oleh Kepala Badan Perencana UII, Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, MT yang memaparkan pentingnya strategi peningkatan pemenuhan, penyiapan dokumen, dan bukti pendukung standar visi, misi, tujuan, dan sasaran, serta tata pamong, tata kelola, dan kerja sama prodi. Para peserta pada sesi ini terdiri dari pengelola prodi, Wakil Dekan bidang Keuangan, dan unit penjaminan mutu Untama.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Anggaran UII, Fitra Roman Cahaya, SE, M.Com, Ph.D menjelaskan tentang materi strategi peningkatan pemenuhan, penyiapan dokumen, dan bukti pendukung standar mahasiswa, SDM, keuangan dan sarana prasarana.

Pada hari terakhir lokakarya, giliran Kepala Badan Pengembangan Akademik UII, Dr. Jaka Nugraha, S.Si, M.Si mengajak peserta memahami tentang strategi peningkatan pemenuhan, penyiapan dokumen, dan bukti pendukung standar pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Lokakarya kemudian ditutup dengan materi strategi peningkatan pemenuhan standar luaran dan capaian atas tri dharma, serta evaluasi diri dan rencana tindak menghadapi akreditasi oleh Agung Nugroho Adi, ST, MT. (SNA)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menerima Hibah Program Asuh Perguruan Tinggi Unggul dari Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Raihan ini tertuang dalam Surat Direktur Penjaminan Mutu Nomor 487/B4.2/TU/2018 tertanggal 2 April 2018.

Dalam surat tersebut disebutkan bahwa UII menjadi salah satu dari 29 Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta di Indonesia yang menerima Hibah untuk menyelenggarakan pengasuhan terhadap perguruan tinggi lain. Adapun tiga mitra UII dalam implementasi hibah diantaranya adalah Universitas Antakusuma Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, Universitas PGRI Semarang dan Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso yang termasuk perguruan tinggi di daerah tertinggal.

Mengawali implementasi program hibah kali ini, UII melalui Badan Penjaminan Mutu yang bersinergi dengan Badan Pengembangan Akademik dan Badan Perencana, mengadakan Lokakarya Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu dan Peningkatan Status Akreditasi Program Studi Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso, pada Rabu (11/4), di Ruang Sidang VIP Gedung Rektorat UII.

Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, S.Si, M.Si. menyampaikan bahwa Hibah yang kedua kalinya diterima ini sebagai salah satu upaya untuk mengedepankan azas kebermanfaatan seluruh sumber daya yang ada di lingkungan UII bagi pihak–pihak yang berkepentingan dengan UII. Selain itu juga sebagai salah satu langkah mewujudkan visi UII sebagai rahmatan lil’alamin.

“Penerimaan hibah yang kedua kalinya ini diterima UII tanpa harus melalui proses revisi proposal, artinya keseluruhan isi proposal UII telah sesuai dan lengkap untuk mendapatkan pembiayaan penyelenggaraan,” ungkapnya.

Kariyam menjelaskan bahwa Motivasi UII mengikuti Program Asuh, juga dalam rangka turut serta berkontribusi dalam pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi melalui berbagi pengalaman dan praktik baik dalam pengembanngan dan implementasi SPM. “Program yang akan dilaksanakan adalah pengembangan SPM dan peningkatan status akreditasi Program Studi melalui lokakarya, dan peningkatan kapasitas personil yang menangani Unit Penjaminan Mutu melalui Program Magang,” jelasnya.

Kariyam menuturkan, melalui lokakarya diharapkan akan meningkatkan wawasan terkait Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) serta peningkatan kualitas dokumen utama SPMI dan dokumen borang akreditasi Program Studi. Sementara melalui magang diharapkan akan dihasilkan sejumlah dokumen inti yang siap diimplementasikan.

Wakil Rektor III UII, Ir. Agus Taufiq, M.Sc. menuturkan terpilihnya UII sebagai Perguruan Tinggi penerima Hibah yang menyelenggarakan pengasuhan terhadap Perguruan Tinggi tentu tidak lepas dari kerja keras berbagai pihak di UII. Ia menuturkan, saat ini Program Studi yang ada di Indonesia berjumlah 25.826 dengan rincian 2.880 Program Studi terakreditasi A, 10.623 Program Studi terakreditasi B, 6.521 Program Studi terakreditasi C dan 5838 Program Studi belum terakreditasi.

Menurut Agus Taufiq, data tersebut menjadi tantangan untuk bisa bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan dan akreditasi Program Studi di Indonesia yang masih rendah. “Menjadi tanggung jawab bersama untuk bisa meningkatkan akreditasi perguruan tinggi yang masih rendah agar mutu pendididkan di Indonesia bisa terus meningkat dan semakin berkualitas,” ungkap Agus Taufiq.

Sementara itu, Direktur Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso, Novita Sari Eka Diantini, SST., M.Keb. menyampaikan bahwa Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso merasa beruntung bisa menjadi mitra UII dalam program Hibah tersebut. “Kami merasa tersanjung dan terhormat bisa datang ke UII. Kamipun takjub dengan UII dan sangat berterimakasih kepada UII karena telah memilih Akbid Dharma Praja Bondowoso sebagai mitra dalam program Hibah,” ungkapnya.

Novita mengaku bahwa Akbid Dharma Praja Bondowoso masih merupakan perguruan tinggi yang kecil dan masih membutuhkan bimbingan untuk meningkatkan akreditasi untuk bisa menjadi Perguruan Tinggi yang unggul kedepannya. “Akbid Dharma Praja Bondowoso baru memperoleh akreditasi C sehingga kami benar-benar mohon bantuan dan bimbingannya untuk perbaikan Perguruan Tinggi kami khususnya dalam bidang penjaminan mutu dan peningkatan akreditasi,” jelasnya. (EF)

Indonesia merupakan negara besar dengan jumlah perguruan tinggi terbanyak di dunia. Kondisi Pendidikan tinggi di Indonesia tercermin dari jumlah Perguruan Tinggi (PT) yang sampai saat ini mencapai 4616 PT. Tantangan utama dalam mengelola jumlah perguruan tinggi yang sangat besar ini adalah pada pencapaian mutu penyelenggaran pendidikannya. Tepat karenanya jika mutu menjadi sasaran penting program pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia.

Sejalan dengan tingkat kepentingan tersebut, Direktorat Penjamu Kemenristekdikti menyelenggarakan Program Asuh PT Unggul untuk memfasilitasi perguruan tinggi yang memiliki kemampuan dan telah terbukti memiliki mutu yang tinggi untuk mengasuh (membimbing) perguruan tinggi lain yang mutunya masih perlu ditingkatkan.

Tahun 2018 merupakan tahun kedua penyelenggaraan Program Asuh PT Unggul. Alhamdulillah, pada pelaksanaan Program Asuh yang kedua ini, Universitas Islam Indonesia kembali diberikan amanah dari Direktorat Penjamu Kemenristekdikti sebagai penerima Program Asuh PT Unggul berdasarkan Surat Nomor 487/B4.2/TU/2018 tertanggal 2 April 2018. Universitas Islam Indonesia akan bersinergi dan bekerjasama dengan tiga perguruan tinggi yaitu Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso, Universitas Antakusuma Kotawaringin Barat, dan Universitas PGRI Semarang. [SNA]

Badan Penjaminan Mutu UII terus berupaya untuk mengawal UII dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya terutama dalam peningkatan kualitas di kancah internasional.

Dalam upaya pengawalan terhadap peningkatan kualitas UII di kancah internasional tersebut, BPM UII mengirimkan delegasi pada ASEAN University Network – Quality Assurance (AUN-QA) International Conference 2018 serta menghadiri kegiatan Meeting of Chief Quality Officer (CQO) for membership of AUN-QA di Bangkok, Thailand.

Delegasi UII pada Meeting of Chief Quality Officer (CQO) for membership of AUN-QA yang dilaksanakan pada 26-28 Maret 2018 tersebut adalah Kariyam, M.Si (Kepala Badan Penjaminan Mutu UII).

Pada kesempatan tersebut BPM UII menyajikan poster terkait standar MERCY OF GOD sebagai basis standar pendidikan tinggi Islam.

 

  

Penjaminan mutu (quality assurance) bagi seluruh perguruan tinggi dipandang sebagai salah satu cara untuk menjawab berbagai permasalahan pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan kata lain, perguruan tinggi dikatakan bermutu apabila mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya. Sehingga, perguruan tinggi harus mampu merencanakan, menjalankan, dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi.

Topik tersebut sebagaimana tergambar dalam Studi Banding Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ke Universitas Islam Indonesia (UII), pada Rabu (07/3) yang bertempat di Ruang Sidang Utama Lt.4 Gedung GPBH Prabuningrat UII. Delegasi UMJ yang dipimpin oleh Ketua Badan Penjaminan Mutu (BPM) UMJ, Ir. Mutmainah, S.Sos, MM. diterima langsung oleh Wakil Rektor I UII, Dr.-Ing.Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA.,IAI. dan Kepala BPM UII, Kariyam, S.Si., M.Si.

Dalam sambutannya Ilya Fadjar Maharika menyambut baik kedatangan Delegasi UMJ dalam rangka untuk saling berbagi pengetahuan dan informasi demi penyelenggaraan perguruan tinggi di Indonesia yang lebih baik kedepan. “Kehadiran teman-teman merupakan hal yang bisa bermanfaat untuk sharing knowledge, semoga diskusi kita hari ini dapat menghasilkan pengembangan pengetahuan bagi UII maupun UMJ,” tuturnya.

Sementara Mutmainah menyampaikan bahwa UII merupakan tujuan yang tepat bagi UMJ untuk belajar pengembangan perguruan tinggi seperti akreditasi institusi agar tidak kalah dalam bersaing dalam era globalisasi saat ini. “Saya pikir UII tujuan yang recommended bagi kami, karena kita sebagai perguruan tinggi yang notabene Islam perlu banyak belajar agar tidak kalah bersaing dari perguruan tinggi lain,” ungkapnya.

Lebih lanjut Kariyam menyampaikan bahwa standar penjaminan mutu UII menggunakan pola kombinasi parameter dari dikti dengan parameter UII. “Kita mengkombinasikan parameter dari SPM Dikti dengan parameter standar UII sehingga menjadi standar penjaminan mutu UII yang disingkat dengan nama Mercy of God”, pungkasnya.

Hadir pula dalam kegiatan tersebut Sekretaris BPM UMJ, Bambang Irawan, M.Pd., Kabid Pengembangan dan Pengendalian Mutu UMJ, Dr. Tria Astika E.P, SKM., MKM., Kabid Monev AMI dan Akreditasi UMJ, Miciko, S.Kp., M.Biomed., Staf BPM UMJ, Tri Suryani, SKM., dan Daruki, S.Pd. serta para pengurus BPM UII yang terdiri dari Dr. Sefriani, SH., M.Hum., Tito Yuwono, ST., M.Sc., dan Dra. Indah Susantun, M.Si. Pertemuan diakhiri dengan penyerahan cindera mata dari kedua institusi. (IH/RS), Sumber: www.uii.ac.id

Dalam rangka terus menjamin kualitas dan mutu pendidikan secara berkelanjutan, Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan Seminar Outcome-Based Management at Study Program. Bertempat di Hotel Santika Jogja, kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII berlangsung selama dua hari, 21-22 Februari 2018. Pada hari pertama penyelenggaraan, dilakukan pemaparan materi oleh seluruh Ketua Pogram Studi (Kaprodi) tingkat Strata Satu (S1). Kemudian di hari kedua dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Kaprodi tingkat Strata Dua (S2), Strata Tiga (S3) dan tingkat Profesi/Vokasi (D3).

Dibuka oleh Wakil Rektor I UII, Dr. Ing Ilya Fajar Maharika, MA, IAI., kegiatan ini juga dihadiri oleh Dekan dan Kaprodi di lingkungan UII. Dalam sambutannya, Ilya Fajar Maharika menyampaikan harapannya mengenai hasil yang akan dicapai setelah kegiatan ini. “Harapan kita tentu saja bahwa apa yang nanti akan disampaikan baik berupa inovasi, prestasi, maupun capaian lainnya bisa kita catat untuk menjadi knowledge management agar bisa diaplikasikan sampai di materi perkuliahan dan proses perkuliahan kedepannya,” ungkapnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala BPM UII, Kariyam, S.Si., M.Si., meyampaikan tujuan dari diadakannya seminar ialah sebagai wadah bagi seluruh Kaprodi di UII untuk bisa saling berbagi praktik baik untuk lingkungan internal UII. “Kita memberikan fasilitas kepada seluruh Kaprodi yang ada di UII untuk bisa saling berbagi terkait manajemen prodi, prestasi, hingga momen-momen monumental yang telah diraih selama empat tahun kebelakang,” tandasnya.

Selain menyampaikan inovasi yang telah dicapai, dalam forum ini seluruh Kaprodi yang juga berperan sebagai narasumber juga berbagi masalah hal-hal yang belum sempat dicapai dalam masa jabatan empat tahun tersebut. Kendala-kendala tersebut didiskusikan bersama untuk dijadikan bahan evaluasi lebih lanjut. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata UII sebagai Perguruan Tinggi Nasional pertama di Indonesia untuk terus menjamin standar mutu pendidikan sehingga bisa menciptakan lulusan yang  rahmatan lil ‘alamin. (MHH/EF). Sumber: www.uii.ac.id