Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII menyelenggarakan Audit Mutu Internal (AMI) universitas. Pembukaan AMI periode 2018/2019 dilaksanakan di lt. 3 Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito Universitas Islam Indonesia pada Selasa (15/10). Acara ini dihadiri oleh Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Rektor UII, Kariyam S.Si., M.Si. sebagai Kepala BPM UII, wakil rektor serta pejabat struktural dan juga auditor di lingkungan UII.

“Saya ingin menggunakan waktu ini untuk menegaskan agar kita memperkuat landasan mengapa kita sangat perlu dalam melaksanakan audit ini karena ini sangat penting.” ucap Fathul dalam sambutannya.

Fathul juga menyampaikan salah satu hadits mengenai pembagian waktu bagi orang yang berakal. Dikatakan dalam sebuah hadits bahwa waktu kita itu terbagi menjadi empat yaitu yang pertama adalah waktu teologis yakni waktu untuk berhubungan dengan Allah. Yang kedua adalah waktu manajerial yakni waktu untuk audit atau untuk muhasabah.

Bagi individu kita bahkan bisa melakukan audit harian tetapi secara organisasional bisa dilakukan audit secara berkala. Yang ketiga yakni waktu riset akademik dan yang terakhir yakni waktu biologis yakni waktu waktu untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan minum dan lain-lain.

“Salah satu ikhtiar kita yakni bagaimana mengemas audit organisasional, audit institusional, mempertanggung jawabkan apa yang kita lakukan, membuka peluang koreksi dan lain-lain. Kemudian kami juga berharap ibu bapak bisa bekerja sama dengan kami dengan pimpinan universitas untuk bersama menjalankan tugas memperbaiki peran agar nanti kita bisa mendapatkan hasil yang baik serta dapat melihat peluang kita ke depan dan diikhtiarkan untuk UII yang lebih baik.” ucapnya.

Sedangkan, Kariyam juga menjelaskan mengenai standar yang akan digunakan adalah standar penjaminan mutu dari UII yaitu MERCY OF GOD yang merupakan singkatan dari (1) Standar Manajemen Organisasi (Management/M), (2) Standar Pendidikan (Education/E), (3) Standar Penelitian (Research/R), (4) Standar Pengabdian Kepada Masyarakat (Community/C), (5) Yield of Service (Y), (6) Standar Lulusan (Output/O), (7) Fasilitas (Facilities/F), (8) Standar Tata Kelola (Governance/G), (9) Standar Hasil (Outcome/O), dan (10) Dakwah Islamiyah (D).

Kariyam juga menjelaskan beberapa capaian atas implementasi dari Sistem Penjaminan Mutu yaitu di antaranya adalah kelengkapan isian berkas-berkas AMI, sesuai hasil penilaian Auditor atas fakta implementasi SPM, kesesuaian atau validasi isi dokumen SPM dan ketepatan waktu pengiriman isian borang AMI sebelum visitasi ke unit. (DRD/ESP)

Budaya menjaga mutu adalah hal yang selalu dirawat oleh (Universitas Islam Indonesia) UII demi menjaga kompetensinya di dunia pendidikan. Komitmen ini mewujud dengan didirikannya Badan Kendali Mutu dan Pengembangan Pendidikan (BKMPP) pada tanggal 1 Maret 1999. Dalam perkembangannya, BPMKPP berubah menjadi Badan Penjaminan Mutu (BPM) pada tahun 2006.

Demikian yang disampaikan oleh Kariyam, Kepala BPM UII, membuka diskusi saat menerima kunjungan studi banding STIE Pembangunan Tanjungpinang di Ruang Sidang VIP, Selasa (17/09). Sementara itu, Wiryono Raharjo, Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan, dalam sambutannya berpesan agar diskusi berjalan dengan hangat dan terbuka.

“Mewakili UII, saya ucapkan selamat datang kepada STIE Pembangunan Tanjungpinang di Kampus Nasional pertama yang didirikan oleh anak bangsa. Saya harap pertemuan bisa berjalan dengan diskusi dan beberapa pertanyaan, kami sangat senang untuk sharing dan saling berkolaborasi.”

Studi banding diawali dengan presentasi oleh Kariyam sebagai Kepala BPM. Dalam presentasinya, Kariyam memaparkan bahwa UII memiliki standar pengendali mutu sendiri yang bahkan melampau standar nasional. UII memiliki akronim ‘Mercy of God’ sebagai acuan pengendali mutu di seluruh lingkungan UII.

Diskusi dibuka dengan pertanyaan oleh Imran Ilyas, Kaprodi Manajemen STIE Pembangunan Tanjungpinang, tentang cara membumikan standar-standar yang telah ditentukan agar dimengerti oleh seluruh pemangku tanggung jawab.

“Dengan standar yang lebih banyak dan komprehensif, mekanisme seperti apa yang dilakukan BPM untuk menurunkan standar-standar tersebut kepada yang di bawah?”

Transformasi Nilai Sistem Penjaminan Mutu UII

Kariyam menerangkan bahwa UII selalu melakukan Induksi Sistem Penjaminan Mutu bagi setiap lapisan manajemen yang ada di lingkungan UII.

“Kami melakukan transformasi nilai yang kami sebut dengan Induksi Sistem Penjaminan Mutu. Induksi tersebut dipimpin langsung oleh Rektor, dan Wakil Rektor juga memimpin langsung direktorat-direktorat yang berada di bawahnya,” jawabnya.

Wiryono menambahkan bahwa setelah diadakan Induksi Sistem Penjaminan Mutu, setiap direktorat mengadakan Forum Group Discussion (FGD) untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab serta apa yang akan dilakukan ke depan.

“Kami percaya dengan kredo “Tulis yang akan dikerjakan, kerjakan yang sudah ditulis”. Hal itu merupakan quality assurance yang dilakukan setiap bidang. Melalui FGD, setiap bidang atau direktorat menentukan sendiri quality assurance yang ingin dicapainya,”

Mengakhiri pertemuan, Wiryono berpesan bahwa menjaga mutu adalah komitmen bersama dari pimpinan hingga ke bawah. Setiap unit, bidang, dan direktorat harus memiliki budaya kompetisi agar persaingan yang sehat tercipta. Oleh karena itu, UII selalu melakukan award kepada unit yang mendapatkan hasil terbaik.

“Untuk menciptakan nuansa yang kompetitif, UII memberikan award kepada unit, direktorat atau fakultas yang memiliki hasil terbaik. Penyerahan award diserahkan waktu milad UII,” pungkasnya. (APB/ESP)

Sebagai upaya peningkatan implementasi Sistem Penjaminan Mutu (SPM) yang berkelanjutan, Universitas Islam (UII) melalui Badan Penjaminan Mutu (BPM) kembali menyelenggarakan Induksi Sistem Penjaminan Mutu bagi Kepala Laboratorium di lingkungan UII pada Jum’at (13/9) di Ruang Sidang GKU Prof. dr. Sardjito lantai 2.

Turut hadir Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc., yang membuka sekaligus memberikan sambutan dalam kegiatan ini. Kegiatan induksi sendiri diisi oleh empat pemateri dari BPM yakni Kepala Badan Penjaminan Mutu, Kariyam, S.Si., M.Si., Ir. Rini Darmawati, M.T., selaku Kepala Bidang (Kabid) Audit Mutu Internal, Elyza Gustri Wahyuni, S.T., M.Cs., selaku Kabid Analisis Data, dan Ahmad Nurozi, S.H., M.Si., selaku Kabid Pengendali Sistem Mutu.

Kegiatan Induksi Sistem Penjaminan Mutu ini merupakan rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh BPM. Mulai dari Rektorat, Dekan, Ketua Program Studi, Ketua Jurusan, dan sampai Kepala Laboratorium. Diharapkan dengan acara induksi ini akan ada persepsi yang sama mengenai sistem penjaminan mutu yang dikembangkan.

Imam Djati menyatakan bahwa sistem penjaminan mutu yang dibangun selama ini merupakan sistem penjaminan mutu yang memiliki ciri khas UII, yang merupakan kombinasi dari berbagai sistem penjaminan mutu yang sudah disepekati bersama dan sudah diimplementasikan di UII.

“Sistem penjaminan mutu ini harus kita jaga bersama, karena apapun yang kita lakukan, tentunya harus berbasis kepada proses, prosedur, maupun peraturan yang ada. Diadakannya kegiatan ini juga salah satunya untuk menghadapi audit, yang pada tahun ini audit juga dilakukan sampai ke Laboratorium,” ujar Imam Djati.

Sementara Kariyam selaku Kepala Badan Penjaminan Mutu juga menyampaikan terkait sistem penjaminan mutu di Perguruan Tinggi. Kariyam menyebutkan, beberapa materi dalam sistem penjaminan mutu sangat mungkin didukung kuat oleh proses aktivitas yang ada di laboratorium.

Menurutnya, berdasarkan pasal 51 ayat 1 Undang-undang tahun 2012 nomer 12, pendidikan tinggi bermutu, jika lulusan sebuah perguruan tinggi mampu mengembangkan potensinya dan bisa mengimplementasikan IPTEK di masyarakat, maka sudah bisa disebut sebagai perguruan tinggi yang bermutu.

“Saya kira laboratorium sudah seharusnya mengidentifikasi siapa saja pihak-pihak yang berkepentingan dengan laboratorium. Jika semua harapan stakeholders bisa dipenuhi, maka kita sudah bisa dibilang sebagai laboratorium yang bermutu,” pungkasnya.

Sebagai wujud mempertahankan budaya mutu, UII melalui Badan Penjaminan Mutu (BPM) mengadakan Induksi Sistem Penjaminan Mutu bagi Kepala Divisi di Lingkungan UII. Agenda tersebut berlangsung di Gedung Prof. dr. Sardjito, Selasa (27/8). Dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Sumber Daya & Pengembangan Karier, Dr. Zaenal Arifin, M.Si., dan Kepala BPM, Kariyam, S.Si., M.Si. serta seluruh kepala divisi di lingkungan UII yang memenuhi ruangan.

Dalam sambutannya, Zaenal mengingatkan agar segenap jajaran di lingkungan UII tidak lupa dengan visi UII. Masing-masing unit harus memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan tidak menyimpang dari visi UII. hal demikian penting guna mewujudkan UII yang rahmatanlil ‘alamin. Jika merujuk kepada visi UII, rahmatanlil ‘alamin memiliki 2 poros penting. Yakni komitmen kepada kesempurnaan dan membawa risalah islamiah.

“Berbicara penjaminan mutu, kita harus kembali kepada visi UII sebagai rahmatanlil ‘alamin. Karena demikian, maka UII harus bermanfaat bagi semua pihak, internal dan eksternal. Harapannya adalah membangun UII semaksimum mungkin guna mewujudkan rahmatanlil ‘alamin dengan membawa risalah islamiah.”

Sementara itu, Kariyam menyampaikan bahwa agenda Induksi Sistem Penjaminan Mutu amatlah penting bagi pimpinan di semua lapisan di lingkungan UII. Sebab dari sinilah BPM berusaha untuk mentransfer evaluasi, kendala atau capaian mutu yang baru.

“Dalam agenda ini BPM utamanya ingin melakukan transfer sistem mutu bagi seluruh kepala divisi di lingkungan UII. Acara ini amatlah penting agar kita tidak lupa untuk selalu menjaga mutu dan terus melakukan perbaikan.” (APB/ESP)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menerima kunjungan dari perguruan tinggi dalam rangka studi banding. Bertempat di Ruang Sidang VIP, Lt.3 Gedung GBPH Prabuningrat Kampus Terpadu UII, Jum’at (23/8), Universitas Kristen Petra (UK Petra) mengunjungi UII dalam rangka studi banding tentang penjaminan mutu perguruan tinggi. Delegasi dari UK Petra berjumlah 6 orang dipimpin oleh Dr. Gan Shu San selaku kepala Lembaga Penjamin Mutu (LPM) bersama Ir. Emmy Hosea, M.Eng.Sc., selaku Kabid Audit Mutu. Rombongan diterima langsung oleh Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D bersama pimpinan unsur Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII.

Gan Shu San menyampaikan rasa terimakasihnya kepada UII karena telah menerima kunjungan dari UK Petra dan juga mengenai latar belakang dilakukannya studi banding adalah karena UII telah meraih banyak akreditasi internasional. “Melihat banyaknya akreditasi internasional yang telah diraih oleh UII, kami ingin mempelajari mengenai bagaimana UII meraih akreditasi tersebut dari mulai tahap pengajuan, persyaratan hingga diraihnya akreditasi internasional tersebut. Selain itu, kami juga ingin mempelajari mengenai penjaminan mutu yang ada di UII”, Ujarnya.

Sementara dalam sambutannya, Wiryono juga menyampaikan rasa terimakasih atas kunjungan dari UK Petra ke UII. “Dengan kunjungan yang dilakukan kali ini diharapkan UII dan UK Petra bisa saling bertukar informasi demi kemajuan bersama. Di UII sendiri, saat ini ada 15 program studi yang telah meraih akreditasi internasional dari berbagai instansi. Tentu diraihnya akreditasi internasional tersebut melalui berbagai proses yang tidak sebentar dan didukung oleh banyak pihak”, terang Wiryono.

Sedangkan Ahmad Nurozi selaku Kepala Bidang Pengendali Sistem Mutu menggarisbawahi Permenristekdikti No.62 tahun 2016 yang menjadi acuan BPM UII. “Selain itu, di UII sendiri memiliki standar mutu sendiri yaitu MERCY OF GOD (Managerial, Education, Research, Community, Standar Dakwah Islamiyah, Output Feedback, Governance, Outcome, Stakeholder). Adanya standar mutu tersebut tentunya tiap tahun akan dilakukan audit untuk menjamin sasaran mutu dari UII akan terpenuhi. BPM UII akan mengawal proses audit tersebut dari awal hingga akhir” jelasnya. (RRA/ESP)

Universitas Islam Indoensia (UII) secara konsisten telah serius mengembangkan budaya mutu sebagai ciri khas yang menonjol. Budaya mutu ini telah dimulai sejak tahun 1999, bahkan jauh sebelum pemerintah menginisiasinya lewat peraturan perundang-undangan terhitung pada tahun 2003. Sebagai wujud komitmen mempertahankan budaya mutu, UII melalui Badan Penjaminan Mutu (BPM) mengadakan kegiatan Peningkatan Kompetensi Auditor UII yang berlangsung di Gedung Prof. dr. Sardjito UII pada Rabu-Kamis (14-15/8).

Acara tersebut dihadiri 30 peserta yang merupakan auditor baru maupun auditor senior yang menjalankan Audit Mutu Internal (AMI) di UII. Kegiatan ini dibuka oleh Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc selaku Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset. Kepala BPM UII, Kariyam, M.Si juga turut serta dalam pelatihan tersebut. Menurutnya kegiatan ini merupakan pembekalan bagi para auditor yang akan terjun di lapangan pada pelaksanaan AMI dalam waktu dekat.

Dalam menjaga prestasinya menjadi universitas swasta terbaik di Indonesia, UII memang selalu memperhatikan kualitas mutu pendidikan dan pelayanan di lingkungannya. Tujuan dari Sistem Penjamin Mutu (SPM) ini adalah untuk mewujudkan sistem manajemen universitas yang terstandar dan akuntabel. Auditor menjadi garda terdepan untuk turut mengawal dan mengimplementasikan SPM ini.

Sementara itu, salah seorang pembicara pelatihan, Suzandra, ST menyampaikan sistem manajemen adalah elemen-elemen yang saling berhubungan dari organisasi untuk menghasilkan kebijakan dan tujuan serta proses untuk mencapai tujuan tersebut. Elemen yang dimaksud adalah orang atau SDM organisasi, infrastruktur yang dimiliki, dan metode yang diimplementasikan organisasi. “Oleh karena itu, sistem manajemen yang baik harus berorientasi pada hasil atau sistem yang terdokumentasi bukan dokumen sistem”, katanya.

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Universitas Mercu Buana Jakarta (UMBJ) dalam rangka studi banding tentang penjaminan mutu, pada Kamis (25/7) di Ruang Sidang VIP, Gedung GBPH Prabuningrat Kampus UII Terpadu. Mengawali pertemuan, Kepala Pusat Penjaminan Mutu UMBJ, Dr. Ir. Elyani mengungkapkan tujuannya bersama tim datang ke UII.

“Tujuan kami kesini ingin belajar banyak dari UII yang sudah lebih dahulu berkembang. Kami memilih Universitas swasta karena memiliki sistem yang berbeda dengan universitas negeri. UII juga punya banyak akreditasi internasional dan kita sedang menuju ke proses itu,” ungkap Elyani.

Pada kunjungannya ke UII kali ini, 5 orang delegasi UMBJ terdiri dari Kepala dan Wakil Kepala Pusat Penjaminan Mutu, Kepala Sub Bagian Audit Internal dan dua Staf Pusat Penjaminan Mutu.

Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. menuturkan bahwa sejak empat tahun lalu terdapat dua Prodi yang terakreditasi Canberra Accord di Indonesia, yaitu ITB dan UII. Canberra Accord merupakan persetujuan pendidikan arsitektur dunia yang bersepakat menghimpun beberapa lembaga akreditasi dunia termasuk KAAB.

“KAAB adalah anggota penandatangan Canbera Accord yang juga merupakan organisasi yang diakui oleh Dewan Validasi Pendidikan Arsitektur UNESCO-UIA (International Union of Architects). Memang tidak mudah, karena kami harus mengubah kuriukulum 4 tahun menjadi 5 tahun,” jelasnya.

Sementara Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, S.Si., M.Si. menjelaskan bahwa UII memiliki standar mutu sendiri yakni MERCY OF GOD (Manegerial, Education, Research, Community, Standar Dakwah Islamiyah, Output, Feedback, Governance, Outcome, Stakeholder).

Standar utama tersebut memilki beberapa ruang lingkup, dan setiap ruang lingkup akan diuraikan menjadi suatu rangkaian proses kegiatan yang dilengkapi dengan kriteria minimal yang harus dicapai oleh penanggungjawab serta unit pelaksana proses kegiatan. “Ada dua nilai yang menjadi dasar bagi Badan Penjaminan Mutu di UII, yakni nilai pengabdian (Ibadah) dan nilai keunggulan (ekselensi),” ujarnya.

Kunjungan studi banding dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, membahas bagaimana sistem penjaminan mutu di UII berlangsung, serta bagaimana cara UII mendapatkan berbagai akreditasi Internasional pada Prodi tertentu. (DR/RS) Sumber: uii.ac.id

Sebagai universitas swasta nomor wahid, Universitas Islam Indonesia (UII) terus menjaga konsistensi budaya mutu. UII telah menginisiasi penjaminan mutu untuk lembaga pendidikan tinggi sejak tahun 1999, jauh sebelum pemerintah mewajibkannya di tahun 2003. Guna mempertahankan komitmen tersebut, Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII mengadakan Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) pada hari Rabu (26/6), di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII. Rapat yang dihadiri oleh pimpinan di level universitas dan fakultas, kepala badan serta para direktur tersebut membahas tentang hasil monitoring dan evaluasi pembelajaran berbasis Outcome-Based Education (OBE) pada semester ganjil 2018/2019.

Fathul Wahid, Ph.D selaku Rektor UII menyampaikan dalam sambutannya bahwa walaupun dimulai sejak tahun 1999, budaya mutu akan terus digaungkan supaya mampu menyatu dengan seluruh sivitas akademik di lingkungan UII. Ia berharap RTM ini menjadi ritual yang terus dijaga demi eksistensi organisasi.

“RTM yang kita lakukan adalah sebuah ritual untuk menjaga eksistensi organisasi, melihat yang sudah lalu dan merencanakan apa yang akan kita lakukan ke depan bersama-sama,” jelasnya.

Sementara Kepala BPM UII, Kariyam, M.Si memaparkan laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Pembelajaran berbasis Outcome-Based Education (OBE) pada semester ganjil 2018/2019. Dalam pemaparannya, ia ingin mendorong kegiatan belajar mengajar di kelas menggunakan bahasa internasional dan mengoptimalkan kemajuan teknologi informasi. Dua hal tersebut harus menjadi komitmen untuk mengantarkan UII menjadi World Class University.

RTM diakhiri dengan beberapa rekomendasi dari peserta rapat untuk memproyeksikan program-program yang akan dilakukan ke depan. Salah satu rekomendasinya adalah mengenai percepatan implementasi Outcome-Based Education. Melalui Outcome-Based Education, universitas akan menghasilkan lulusan yang lebih selaras dengan kebutuhan masyarakat, industri, dan zaman. (APB/ESP)

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Jumat (3/5), di Ruang Sidang VIP, Gedung Rektorat. Fokus kunjungan tersebut mendiskusikan pengelolaan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) serta pelaksanaan Audit Mutu Internal (AMI) UII.

Rombongan UMM yang dipimpin Dr. Muslimin Machmud, M.Si. disambut langsung oleh Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc. Dalam sambutannya, selain menyambut hangat kedatangan universitas sahabat di kampus terpadu, Imam Djati juga sedikit bercerita tentang awal mula sistem penjaminan mutu yang diterapkan oleh UII.

“Kami memulai sistem penjaminan mutu pada tahun 1999. Saat itu kami menggunakan ISO sebagai acuannya. Baru beberapa tahun terakhir ini kami mengembangkan standar sendiri yang menggabungkan apa yang diminta oleh Kemenristekdikti dengan beberapa sistem mutu yang Islami,” tuturnya.

Sementara itu, Muslimin menyampaikan bahwa pihaknya sangat bersyukur dan senang bisa silaturahmi sekaligus bisa belajar bersama mengenai sistem penjaminan mutu yang ada di UII. “Terima kasih sudah menerima kami untuk silaturahmi serta belajar pengembangan sistem penjaminan mutu. UII adalah salah satu universitas yang sistem penjaminan mutunya diapresiasi oleh Kemenristekdikti,” tutur Muslimin dalam sambutannya.

Menyambung apa yang telah disampaikan pimpinan delegasi, Ka. Bid. Mutu Akreditasi, Sertifikasi dan Pemeringkatan UMM, Dr. Ainur Rofieq, M.Kes., menyampaikan bahwa UII adalah sparing partner yang luar biasa. Oleh karena itu, ia ingin diskusi ini fokus pada yang pertama, bagaimana membedah manual mutu, standar mutu, manual prosedur, dan instrumen AMI, yang kedua adalah terkait organisasi yang menjalankan manual prosedur di setiap tingkatan lembaga, kemudian yang terakhir terkait dengan kinerja dosen.

Sementara dalam pemaparan materinya, Kepala Badan Penjaminan Mutu UII, Kariyam, S.Si., M.Si., menuturkan bahwa UII memiliki acuan penjaminan mutunya sendiri. Sejak tahun 2016 UII memiliki ‘MERCY OF GOD’ sebagai dasar penjaminan mutu. Akronim ‘MERCY OF GOD” terdiri dari Management of Organization, Education, Research, Community Services, Yield of Services, Output, Facilities, Governance, Outcome & Cooperation, dan Da’wah Islamiyah.

“Akronim ‘MERCY OF GOD’ mempunyai 10 standar dengan 99 cakupan kerja. Ini adalah cara kami melampaui standar nasional yang memiliki 24 cakupan kerja, sedangkan kami memiliki 99 cakupan kerja,” jelasnya.

Terakhir, menanggapi apa yang telah disampaikan Kariyam, Ka. Bid. Mutu Sarana dan Prasarana UMM, Ir. Sulianto, M.T., berpendapat bahwa akronim dan standar yang dibuat UII sangat menarik. Akronim yang sangat mudah diingat sehingga sosialisasi bisa menyentuh hingga lapisan terbawah. “UMM sepertinya akan memulai mencari ‘wangsit’ agar dapat membuat akronim standar mutu seperti UII,” pungkasnya diikuti riuh tawa seluruh undangan. (APB/ESP)

Keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi lebih baik mendorong Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor mengadakan kunjungan studi banding ke UII pada Rabu (20/3). Kunjungan yang berlangsung di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito UII itu diikuti 20 delegasi yang terdiri dari 11 orang dari Tim Badan Penjaminan Mutu (BPM), 8 orang dari Tim AIPT dan 1 orang staf. Sementara perwakilan dari UII yang turut menerima kunjungan di antaranya Kepala BPM UII Kariyam S.Si., M.Si.

Dalam kesempatannya, Kariyam menjelaskan proses pengembangan dan peningkatan standar mutu pendidikan tinggi yang khas dan sesuai bagi UII. “Kami memiliki sepuluh standart yang bisa disebut dengan MERCY OF GOD, yakni M sebagai managerial, E sebagai education, R untuk research, C untuk Community, Y untuk yield of service, O untuk Output, F yaitu feedback, G untuk Governance, O sebagai Outcome dan D sebagai Dakwah Islamiyah”, jelasnya. Untuk standar mutu UII ini sendiri memiliki ruang lingkup yang akan dilengkapi dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh penanggungjawab dan pelaksana proses kegiatan.

Sementara itu dalam sambutannya, Perwakilan delegasi UNIDA, Imam Haryadi, M.Si menuturkan tujuannya beserta tim datang ke UII. “Karena UNIDA baru saja naik kelas ke tingkat universitas pada tahun 2014 lalu maka levelnya juga pasti akan berbeda. Kami perlu belajar dengan universitas yang sudah mapan. Dan UII ini salah satu yang kami anggap sudah sangat mapan.” Ujarnya.

UNIDA sendiri telah menjadi universitas sejak tahun 2014 lalu. Awalnya, pada tahun 1963 institusinya masih berstatus Perguruan Tinggi Darussalam kemudian berubah menjadi Institut Pendidikan Darussalam dan menjadi Institut Studi Islam Darussalam.

Ia menambahkan bahwa UNIDA memiliki program studi yang semuanya sudah terakreditasi. Terdapat 6 prodi yang telah terakreditasi A, 8 prodi terakreditasi B, serta 5 prodi terakreditasi C. “UNIDA merupakan universitas yang unik karena menerapkan sistem asrama (boarding system) yang didesain untuk pembelajaran yang efektif dan efisien”, katanya.

Sistem asrama di UNIDA menggunakan Bahasa Arab dan Inggris sebagai pengantar pengajaran dan komunikasi di antara dosen dan mahasiswa. Di dalamnya juga terdapat aktivitas keilmuan, kerohanian, dan kewirausahaan untuk menciptakan tradisi keilmuan.

Pondok pesantren Darussalam Gontor dan UII ternyata memiliki pertalian sejarah yang tidak bisa dilepaskan. Hal ini karena pendiri dari Pondok pesantren Darussalam Gontor dan pendiri UII adalah kawan akrab dimana sama-sama memiliki visi dan cita cita yaitu membangun universitas Islam yang bermutu dan berarti.

Imam juga mengungkapkan harapannya, “Kami berharap hubungan ini bisa berlanjut semakin harmonis, dan kami bisa belajar lebih banyak lagi bersama UII”, pungkasnya. (DRD/ESP)